satu puisi
Ampunkanku Entah langkah apa lagi yang harus ku tempuh Salah, salah dan selalu salah Ya Allah, saat cadas itu tak lagi tegar Terkikis debur ombak emosi Tidak kurang 365 hari Ribuan jam yang menyakitkan Kutampung luka hingga sesak Jikalau bisa berandai-andai Saat ini aku tengah jatuh terjerembab Entah dimana lagi ku bisa temukan enegi hidup Saat bongkahan semangatku semakin hancur berkeping-keping Mulut-mulut itu terus saja bersilat Merajam siapa saja yang disekitarnya Ya Allah, bagaimana lagi aku harus bersikap? Saat pedih ini dirasakan pula oleh orang terkasihku? Sengaja kupendam dalam-dalam semuanya Menguburnya hingga tak ada bau yang menguap Tapi apa? Ternyata segelintir orang ‘baik’ terus saja menimpaku Hingga semua luka itu membuncah ke permukaan Merobek luka yang kering Ya Allah, Engkau memang Mahaadil Bagaimana tidak? Disaat mereka menikam dan memedangiku hingga jatuh tersungkur Adasaja tangan dan telinga yang siap meraih