Makalah Salman Al-Farisi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salman
Al-Farisi adalah salah seorang diantara sekian banyak sahabat Rasulullah yang
pandai dalam bersiasat perang. Ia adalah pemimpin
kota Mada’in yang terkeenal dengan kerendahan hati dan kesederhanaannya dalam kesehariannya,
Salman Al-Farisi selalu menjadi tauladan yang baik bagi rakyatnya.
Rasulullah menyebutnya sebagai bagian dari ahlul
bait. Salman berasal dari desa dekat Isfahan. Semula, Salman adalah seorang
non muslim dari Persia, namun karena ingin
membuktikan kebenaran gurunya mengenai kerasulan Muhammad saw, akhirnya pergi
ke Madinah dan bertemu Rasulullah. Sebelumnya misi mencari kebenaran berita
kenabian tersebut dilakukannya hingga ke Arab Tengah, bahkan sempat menjadi
budak seorang Yahudi. Setelah bertemu dan mengetahui
tanda-tanda kerasulan Muhammad saw seperti apa yang disampaikan gurunya,
akhirnya Salman menjadi seorang muslim. Tanda-tanda kenabian tersebut
diantaranya adalah gumpalan yang terdapat dalam punggung Rasulullah saw yang
mengindikasikan sebagai penutup dari para nabi.[1]
B. Rumusan Masalah
1.
Siapakah
Salman Al-Farisi?
2. Apasaja sumbangsih Salman Al-Farisi dalam agama Islam ?
3. Seperti apa dakwah Salman Al-Farisi?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui
riwayat hidup Salman Al-Farisi.
2.
Untuk mengetahui
apa saja sumbangsih Salman Al-Farisi dalam Islam.
3.
Untuk mengetahui cara berdakwah Salman Al-Farisi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat
Hidup Salman Al-Farisi
Salman Al-Farisi (Persia: سلمان فارسی, Arab: سلمان الفارسي) adalah sahabat Nabi Muhammad yang berasal dari Persia. Sebagai seorang Persia ia menganut
agama Majusi, tapi ia
tidak merasa nyaman dengan agamanya. Kemudian muncul pergolakan batin untuk
mencari agama yang dapat menentramkan hatinya. Pencarian agamanya membawa
hingga ke jazirah Arab dan akhirnya memeluk agama Islam
Salman al-Farisi mengawali hidupnya sebagai seorang bangsawan dari Persia, Setelah perjalanan panjang
mencari agama Islam, Ia pun menjadi sahabat Rasulullah dan setia mendampinginya
disaat perang. Salman
Al-Farisi menjadi
pahlawan dengan ide membuat parit di sekeliling kota Madinah dalam upaya
melindungi kota Madinah dalam pertempuran khandaq pada tahun kelima
Hijrah. Sepeninggal Nabi Muhammad, Ia tetap mengabdikan diri pada agama Islam. Pada masa khalifah Umar bin
Khattab, ia dikirim untuk menjadi gubernur di daerah
kelahirannya, dengan kerendahan hati dan kesederhanaannya Salman selalu menjadi
panutan bagi rakyatnya.[2]
Salman Al-Farisi
meninggal pada 32 Hijriah yaitu pada masa kekhalifahan Usman bin Affan. Akan
tetapi Salman tidak lagi menjabat sebagai gubernur pada masa akhir dari
kekhalifahan Umar al-Faruq. Alasannya adalah karena Umar bin Al-Khattab
mengangkat Hudzaifah bin Yaman sebagai gubernur Mada’in. Akan tetapi para
sejarawan tidak menyebutkan bahwa Khalifah Umar memecatnya. Kemungkinan Salman
mengundurkan diri dan Umar Al-Faruq menyetujuinya, karena sebelumnya dia tidak
menyetujui atas pengunduran diri yang diajukan Salman Al-Farisi. Umar kemudian
menunjuk Haudzaifah bin Yaman untuk menjadi gubernur disana.
Informasi-informasi
tentang pengangkatan Hudzaifah sebagai gubernur banyak sekali. Diantaranya
terdapat di dalam surat yang ditulis oleh Khalifah Umar bin Al-Khattab kepada
penduduk Mada’in. Surat tersebut berisi tentang pengangkatan Hudzaifah bin
Yaman sebagai gubernur Mada’in. Umar Al-Faruq memerintahkan mereka untuk
mendengar dan taat kepada Hudzaifah. Dia menjadi gubernur Mada’in sampai akhir
masa kekhalifahan Umar.[3]
B. Sumbangsih
Salman Al-Farisi untuk Islam
Salman
Al-Farisi ialah sahabat Rasulullah saw dan orang persia pertama yang memeluk
agama islam yang berjasa dalam mengusulkan pendirian parit (khandaq) yang
melindungi komunitas umat islam di Madinah dari serangan kaum musyrik Mekah
pada perang Khandaq (627).[4]
Di negerinya
Persia, Salman
radhiyallahu 'anhu telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik dan sarana
perang, begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia
mengajukan suatu usul kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu
suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan
mereka selama ini. Rencana itu berupa penggalian khandaq atau parit
perlindungan sepanjang daerah terbuka keliling kota.
Dan hanya Allah
yang lebih mengetahui apa yang akan dialami Kaum Muslimin dalam peperangan itu
seandainya mereka tidak menggali parit atas usul Salman radhiyallahu 'anhu
tersebut.
Demi Quraisy menyaksikan parit terbentang di hadapannya, mereka merasa
terpukul melihat hal yang tidak disangka-sangka itu, hingga tidak kurang
sebulan lamanya kekuatan mereka bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak
berdaya menerobos kota.
Dan akhirnya
pada suatu malam Allah Ta'ala mengirim angin topan yang menerbangkan
kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu Sufyan pun menyerukan
kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka, dalam
keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita kekalahan pahit.[5]
Dalam
pandangan sahabat, Salman dikenal sebagai sosok yang pandai bersiasat. Karena
kepandaiannya itu, dalam perang Khandaq usulannya untuk membuat parit sebagai
benteng pertahanan kaum muslimin disetujui jumhur sahabat. Pembuatan parit
tersebut memang memerlukan waktu seminggu yang sangat memayahkan kondisi kaum
muslimin, namun berhasil dalam menggagalkan kaum kafirin untuk memasuki kota
Madinah.[6]
Setelah wilayah negara Islam bertambah luas, Umar
membaginya ke dalam beberapa wilayah. Tujuannya untuk memudahkan dalam mengatur
urusan negara dan mengontrol sumber-sumber pendapatan negara.[7]
Mada’in
merupakan ibu kota kekaisaran raja Kisra. Kota ini ditaklukkan oleh Sa’ad bin
Abi Waqqash dan pasukannya pada masa pemerintahan Umar
bin Khattab.
Dia menetap disana untuk beberapa waktu, tetapi kemudian pindah ke Kufah
setelah kota ini penduduknya bertambah banyak.
Diantara
orang yang ada bersamanya ialah Salman Al-Farisi. Dia adalah orang yang ikut
dalam sejumlah pertempuran melawan pasukan Persia.
Dia juga berperan besar dalam masuknya orang-orang Mada’in ke dalam agama
islam. Kemudian Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mada’in. Sebetulnya Ia
menolak menerima jabatan Umar untuk menjadi gubernur, akan tetapi Umar
memaksanya. Pernah sekali Salman meminta kepada khalifah untuk mengundurkan
diri, tetapi ditolak oleh Umar ra.[8]
C. Dakwah
Salman Al-Farisi
Sewaktu
menggali parit pada persiapan perang Khandaq, Salman radhiyallahu 'anhu tidak ketinggalan bekerja
bersama Kaum Muslimin yang sibuk menggali tanah. Juga Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam ikut membawa tembilang dan membelah batu.[9]
Pada zaman Umar bin Khattab, Salman di beri
kewenangan untuk menjadi gubernur Mada’in. Sebelumnya Ia
menolak jabatan tersebut, namun akhirnya diterima setelah negosiasi yang
dilakukan oleh Umar bin Khattab. Namun sebagai gubernur, keseharian
Salman tetap sederhana dan tidak menunjukkan kemewahan, hidupnya dalam
kezuhudan.[10]
Dalam
melaksanakan tugasnya, Salman memperlakukan penduduknya dengan cara yang sangat
baik. Dia merupakan suri tauladan dalam menerapkan ajaran-ajaran Islam. Salman Al-Farisi terkenal dengan kezuhudannya, pakaiannya terbuat dari
bulu domba. Dia duduk di atas keledai tanpa menggunakan pelana, makanannya
adalah roti yang terbuat dari gandum dan dia merupakan ahli ibadah yang zuhud.[11]
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Salman Al-Farisi selalu berdakwah
dengan cara memberikan contoh langsung kepada masyarakatnya. Salman Al-Farisi
selalu menjadi suri tauladan dan panutan, bukan sekedar menyampaikan tetapi Ia
juga mencontohkan langsung kepada rakyatnya. Hal ini sesuai dengan Firman Allah
dalam QS. An-Nahl 16/125
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ
رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي
هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ
وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Terjemahnya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan banulah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dia lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dia lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.[12]
Perintah mencontohkan perbuatan baik dan melarang
mengatakan sesuatu tanpa mengerjakannya terlebih dahulu juga tercantum secara
jelas dalam kitab suci QS. As-Saff 61/2-3
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ
اٰمَنُوۡا لِمَ تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ
كَبُرَ مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰهِ
اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ
Terjemahnya :
2. wahai
orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan?
3. (itu) sangatlah
dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.[13]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Salman Al-Farisi (Persia: سلمان فارسی, Arab: سلمان الفارسي) adalah sahabat Nabi Muhammad yang berasal dari Persia. Pencarian
agamanya membawa hingga ke jazirah Arab dan akhirnya memeluk agama Islam. Beliau
meninggal dunia tahun 32 H.
2.
Salman Al-Farisi
ialah sahabat Rasulullah saw dan orang persia pertama yang memeluk agama islam
yang berjasa dalam mengusulkan pendirian parit (khandaq) yang melindungi
komunitas umat islam di Madinah dari serangan kaum musyrik Mekah pada perang
Khandaq (627). Ia diangkat menjadi gubernur di Mada’in dan berperan
besar dalam masuknya orang-orang Mada’in ke dalam agama islam.
3.
Dalam
melaksanakan tugasnya, Salman Al-Farisi
memperlakukan penduduknya dengan cara yang sangat baik. Dia adalah
suri tauladan dalam menerapkan ajaran-ajaran Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shallabi, Ali
Muhammad. Biografi
Umar bin Al-Khathab. (Jakarta:Pustaka
Al-Kautsar).2008
Aziz, Ahmad
Abdul. Ensiklopedia Islam.(Jakarta:Prestasi
Pustakaraya). 2006
Hasan, Abdillah
F.Tokoh-tokoh Mashur Dunia Islam.(Surabaya:Jawara
Surabaya).2004
RI, Departemen
Agama. Alquran dan terjemahnya.(Jakarta:Syaamil).2007
Wikipedia. Biografi Salman Al-Farisi.
Diakses tanggal 10 Oktober 2015. www.wikipedia.com/
[3] Ali Muhammad
Ash-Shallabi. Biografi Umar bin
Al-Khathab.(Jakarta:Pustaka Al-Kautsar).2008. hal.480
[4] Ahmad Abdul Aziz. Ensiklopedia Islam.(Jakarta:Prestasi Pustakaraya).2006.hal.317
[6] Abdillah F Hasan.Tokoh-tokoh Mashur Dunia Islam.(Surabaya:Jawara
Surabaya).2004.hal.81
[7] Ali Muhammad
Ash-Shallabi. Biografi Umar bin
Al-Khathab.(Jakarta:Pustaka Al-Kautsar).2008. hal.462
[8] Ali
Muhammad Ash-Shallabi. Biografi Umar bin
Al-Khathab.(Jakarta:Pustaka Al-Kautsar).2008. hal.480
[10] Abdillah F Hasan.Tokoh-tokoh Mashur Dunia Islam.(Surabaya:Jawara
Surabaya).2004.hal.81
[11] Ali Muhammad
Ash-Shallabi. Biografi Umar bin
Al-Khathab.(Jakarta:Pustaka Al-Kautsar).2008. hal.480
Komentar
Posting Komentar